Psikoanalisis: Bagaimana Menyembuhkan 'Orang Gila' Dengan Mengajak Bicara
Foto: Nebraskatoday
Sumber.com - Istilah psikoanalisis mengacu pada pengertian bagaimana menyembuhkan seseorang yang terkena masalah kejiwaan. Teori ini dipelopori oleh Sigmund Freud, seorang tokoh yang hidup pada abad ke 18 silam.
Psikoanalisis sampai saat ini daianggap sebagai salah satu gerakan revolusioner di bidang psikologi yang di mulai dari satu metode penyembuhan penderita sakit mental, hingga menjelma mejadi sebuah konsepsi baru tentang manusia.
Hipotesis pokok psikoanalsis menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebagaian besar ditentukan oleh motif-motif tak sadar, sehingga freud dijuluki sebagai bapak penjelajah dan pembuat peta ketidak-sadaran manusia.
Dalam pandangan psikoanalisis Freudian, inti dari masalah kejiwaan berada pada tataran bawah sadar, sedangkan cara untuk menyembuhkannya adalah dengan membawanya ke alam kesadaran.
Psikoanalisis berasal dari uraian tokoh psikoanalisa yaitu Sigmund Freud yang mengatakan bahwa gejala neurotic pada seseorang timbul karena tertahannya ketegangan emosi yang ada, ketegangan yang ada kaitannya dengan ingatan yang ditekan, ingatan mengenai hal-hal yang traumatik dari pengalaman seksual pada masa kecil.
Selain itu, Freud juga mengatakan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh kekuatan irasional yang tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual tertentu pada masa lima tahun pertama dalam kehidupannya.
Bagi Freud, gejala kejiwaan erat kaitannya dengan kecemasan. Sedangkan kecemasan diartikan sebagai suatu keadaan tegang atau takut yang mendalam akan peristiwa yang akan terjadi/belum terjadi. Kecemasan ini terjadi akibat konflik diantara tiga struktur kepribadian yang meliputi id, ego dan superego.
Dalam terapi, Freud berusaha membawa masalah di alam bawah sadar menjadi disadari pasien. Caranya adalah dengan mengajak pasien berbicara dengan sejujur-jujurnya sedangkan terapis hanya mendengarkan dan mengungkapkannya dengan analisa.
Terapis berusaha membentuk kembali struktur karakter individu dengan membuat pasien sadar akan hal yang selama ini tidak disadarinya. Menurut Freud, biasanya inti dari gangguan jiwa berasal dari persoalan yang dihadapi seseorang di masa kanak-kanak.
Karena alasan itu, terapis biasanya membawa pasiennya untuk membicarakan pengalamannya di masa kanak-kanak.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan terapis. Pertama dengan asosiasi bebas. Terapi asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman2 masa lalu & pelepasan emosi2 yg berkaitan dg situasi2 traumatik di masa lalu.
Pasien secara bebas mengungkapkan segala hal yang ingin dikemukakan, termasuk apa yang selama ini ditekan di alam bawah sadar. Pasien mengungkapkan tanpa dihambat atau dikritik. Namun, ada hal yang menjadi salah satu hambatannya yaitu pasien melakukan mekanisme pertahanan diri saat mengungkapkan hal, sehingga tidak semua hal bisa terungkap. Maka, pasien diminta untuk berbaring di dipan khusus dan psikoanalisnya duduk di belakang. Pasien dan psikoanalis tidak berhadapan langsung, sehingga diharapkan pasien dapat mengungkapkan pikirannya tanpa merasa terganggu, tertahan, atau terhambat oleh terapis.
Kedua, dengan cara menafsirkan yaitu suatu prosedur dalam menganalisa asosiasi bebas, mimpi, resistensi dan transferensi. Dengan kata lain teknik ini digunakan untuk menganalisis teknik-teknik yang lainnya. Prosedurnya terdiri atas tindakan-tindakan analisis yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna-makna tingkah laku yang dimanifestasikan oleh mimpi-mimpi, asosiasi bebas, resistensi-resistensi dan hubungan terapeutik itu sendiri.
Ketiga adalah dengan menafsirkan mimpi. Freud menganggap bahwa mimpi merupakan jalan keluar menuju kesadaran karena pada saat tidur, semua pemikiran yang ditekan di alam bawah sadar bisa muncul ke permukaan. Pada teknik ini difokuskan untuk mimpi-mimpi yang berulang-ulang, menakutkan, dan sudah pada taraf mengganggu.
Lalu keempat yaitu dengan jalan analisis resistensi, tentang bagaimana penolakan yang dilakukan pasien. Analisis ini adalah dinamika yang tidak disadari untuk mempertahankan kecemasan. Terapis harus bisa menerobos kecemasan yang ada pada pasien sehingga pasien bisa menyadari alasan timbulnya resitensi tersebut. Setelah klien bisa menyadarinya, pasien bisa menanganinya dan bisa mengubah tingkah lakunya.
Kemudian kelima yaitu dengan cara Analisis Transferensi/Pengalihan. Cara ini adalah teknik utama dalam terapi psikoanalis karena dalam teknik ini, masa lalu dihidupkan kembali. Pada teknik ini diharapkan pasien dapat memperoleh pemahaman atas sifatnya sekarang yang merupakan pengaruh dari masa lalunya.
Sumber :
Feist, J., & Feist, G. J. (2009). Theories of Personality (7th ed.). New York: McGraw-Hill.
Gunarsa, S.D. (1996). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : Gunung Mulia