Dicibir Di Indonesia, FPI Justru Dipuji Amerika Serikat

Dicibir Di Indonesia, FPI Justru Dipuji Amerika Serikat

fpibentrok

Ilustrasi Via Blogger

 

Sumber.com - Banyak orang setuju agar izin Front Pembela Islam (FPI) dicabut. Dalam petisi di situs change.org, setidaknya hingga saat ini ada 484.142 orang setuju agar izin organisasi yang dikomandoi Habib Rizieq Shihab itu disetop. Setidaknya ada berbagai alasan yang melatarbelakangi segala bentuk stigma terhadap FPI.

 

Salah satunya adalah karena FPI kerap bikin gaduh. pada aksi damai yang diselenggarakan oleh Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB), FPI melancarkan aksinya dengan memukul para peserta aksi dengan bambu, tak sedikit peserta aksi yang berdarah, bahkan tak hanya kaum pria yang menjadi korban, para ibu – ibu yang membawa anaknya pun tak luput dari korban pemukulan.



Selain itu kenangan buruk juga diungkapkan oleh Pendeta Palti Panjaitan, pada waktu itu ia bergerak menuju gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Filadelfia pada suatu pagi di hari Minggu tahun 2012. Seperti hari Minggu biasanya, sebagai pendeta Palti mesti memimpin para jemaat yang rutin beribadah di Gereja yang terletak di kawasan Tambun Bekasi.

 

Meski disegel, jemaat tetap beribadah di pelataran gereja.


Namun siapa sangka, niatnya untuk beribadah berujung petaka. Mendadak puluhan orang berjubah putih dengan label Front Pembela Islam (FPI) telah memenuhi pelataran Gereja. Mereka menghadang para jemaat yang akan beribadah.

 

Dalam setiap kesempatan itu, Palti juga mengakui, tak jarang para jemaat harus menerima lemparan telur busuk hingga air comberan dalam perjalanan menuju gereja. Saat beribadah pun, kelompok FPI itu melakukan demo dengan pengeras suara hingga mengganggu para jemaat yang tengah berdoa.

 

Pada tahun 2012 Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi juga sempat mempertimbangkan untuk membekukan ormas tersebut, hal ini dikarenakan dirinya belum bisa melupakan aksi anarkis massa FPI saat unjuk rasa menolak evaluasi sembilan perda miras 12 Januari 2012.

 

Dimana pada saat itu sejumlah kaca gedung kemendagri hancur karena aksi anarkis tersebut. Namun rupanya FPI masih ada sebagai organisasi yang diakui pemerintah, setidaknya hinga beberapa lalu ketika izin Surat Keterangan Terdaftar (SKT) FPI kadaluwarsa. 

 

Kenyataan tersebut membuat FPI punya citra buruk di masyarakat. Namun meski begitu, ada hal penting lain yang bisa diangkat, bahwa FPI juga, tentu saja, memiliki kebaikan. Faktanya, dalam membantu korban bencana alam di Indonesia, FPI selalu menjadi yang terdepan. 

 

Jurnalis asal Amerika Serikat Stephen Wright menulis dedikasi FPI tersebut dalam artikel berjudul When Disaster Hits, Indonesia’s Islamists are First to Help yang diunggah di The Washington Post pada 11 Juni 2019 lalu. Dia mengawali tulisan itu dengan menceritakan bendera FPI yang terpasang di rumah Anwar Ragaua, korban tsunami Palu, Sulawesi Tengah, 28 September 2019. Pria berusia 50 tahun itu menghiraukan perintah polisi untuk menurunkan bendera tersebut.



Anwar adalah satu-satunya nelayan yang selamat saat tsunami melanda ibukota Sulteng, 28 September lalu. Anwar mengenang bahwa saat itu tidak ada polisi dan pemerintah yang membantu evakuasi di daerahnya. FPI adalah yang pertama menawarkan bantuan, bahkan mereka turut menyerahkan kapal baru untuk Anwar agar bisa kembali melaut. 

 

Peran FPI juga telah ada pada saat Tsunami 2004 silam, bencana alam yang menewaskan 100 ribu orang. FPI juga memberikan pertolongan pada korban bencana Palu beberapa waktu lalu. Tak hanya berkontribusi dalam pencarian korban, FPI juga ikut membangun rumah dan mendirikan mesjid baru. 

 

Wright menguraikan, sejak didirikan dua dekade lalu, FPI konsisten mendorong hukum Islam untuk mengatur kehidupan 230 juta muslim Indonesia. FPI menilai ada kesalahan konstitusi di Indonesia yang mengubah negara menjadi lebih sekuler. Namun kehadiran FPI menurut Panglima Laskar Pembela Islam (LPI) Maman Suryadi bukan untuk mendirikan negara islam, namun menjadikan Indonesia lebih religius. 

 

“Tujuan kami adalah menjadikan Indonesia, di mana Islam adalah agama mayoritas rakyat, menjadi religius dan bersih dari amoralitas,” kata dia dikutip dari sebuah sumber. 

 

Kenyataan tersebut membuat FPI saat ini terlibat dalam politik praktis. Indikasinya adalah dengan dukungan untuk Prabowo Subianto di Pilpres 2019. Di sisi lain, Prabowo sendiri pernah melakukan beberapa kali perjalanan ke luar negeri dan salah satunya ditemani salah seorang warga Amerika Serikat Justin Darrel Howard. 

 

Terlalu dini memang untuk menyimpulkan ada keterkaitan antara Prabowo dengan Amerika Serikat. Namun begitu tak bisa dipungkiri bahwa meskipun FPI 'dicibir' di Indonesia, pujian justru datang dari AS. Jika di Indonesia FPI identik dengan kekerasan, kerusuhan, dan kerap menciptakan masalah, dari AS disebut bahwa organisasi tersebut selalu menjadi yang terdepan dalam urusan kemanusiaan. 

 

Padahal, AS selama ini dikenal sebagai negara yang anti islam.