Yusuf Mansur dan Pencitraan Dibalik Wacana Borong Saham

Yusuf Mansur dan Pencitraan Dibalik Wacana Borong Saham

yusufmansur

Foto: Warta Ekonomi

 

Sumber.com - Februari 2018 lalu, Ustadz Yusuf mansur bikin heboh. Dia disebut-sebut akan menjadi pahlawan dari bank syariah pertama di Indonesia, Bank Muamalat yang mengalami kesulitan keuangan. Yusuf mengajak orang untuk beramai-ramai membuka tabungan di Muamalat.

 

Massa pun mendatangi Gedung Muamalat Tower di Jalan Prof. Dr. Satrio, Kuningan, Setia Budi, Jakarta Selatan, kebanyakan dari jamaah PayTren dan Darul Quran. Namun belakangan diketahui, Yusuf tak jadi membeli Bank Muamalat. 

 

Kemudian, pada 8 Agustus 2018, Yusuf Mansur membuat kejutan baru ketika PayTren meneken kerjasama dengan PT Info Media Digital, pengelola portal berita Tempo.co. Dikabarkan juga bahwa Yusuf Mansur akan membeli 5 % dari saham Tempo dengan nilai Rp 27 Milyar.

 

Dan Tempo melihat PayTren sebagai komunitas dari berbagai kalangan, bukan hanya para orang tua, pekerja, bahkan berisi orang-orang muda yang dinamis dan mengembangkan diri dengan kemampuan berjejaring yang kuat. Semangat mengubah keadaan menjadi lebih baik itu terlihat jelas pada diri pemimpinnya, Ustad Yusuf Mansur, kata Direktur Utama PT Tempo Inti Media Tbk, Toriq Hadad saat meneken nota kerja sama, waktu itu.

 

Namun, lagi, Yusuf tak jadi membeli saham.

 

Rabu (9/05/2019) BRI Syariah resmi menjual sahamnya di pasar modal dengan melepas 2,62 miliar saham baru (27 persen) dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Lagi lagi, Yusuf Mansur membeli atas nama individu, Koperasi Indonesia Berjamaah (Kopindo) dan Paytren Aset Manajemen.



Untuk pembelian saham ini, Yusuf masuk di segmen ritel dengan Kontrak Pengelolaan Dana (KPD), yang besarnya hanya satu persen dari total dana Rp 1,3 triliun. Saham yang dijual hanya Rp. 13 milyar yang dibeli oleh 6.037 pihak. Yusuf Mansur hanyalah 1 dari 6.037 pembeli. Jika dibagi rata, masing-masing hanya bisa membeli saham dengan nilai Rp. 2.153.387.

 

Kali ini Yusuf berhasil. Setidaknya ada sebagian kecil duit Yusuf yang ada di BRI Syariah.

 

Berdasarkan tiga kasus diatas, dua diantara tiga wacana pembelian saham yang dilakukan Yusuf gagal. Padahal, berita soal isu tersebut beredar luas di media.

 

“Inilah yang tidak banyak orang tahu tentang kelanjutan berita-berita awal yang heboh itu. Dalam kasus bank Muamalat, jelas gagal. Dalam kasus BRI Syariah, tidak signifikan, dalam kasus Tempo sama saja,” kata H.M Yusuf dalam sebuah tulisan yang beredar di media sosial. 

 

Namun dibalik kegagalan Yusuf untuk memiliki dua saham sebelumnya, ada hikmah yang bisa didapatkan. Nama Yusuf terang saja menjadi moncer. Di awal rencana, media terlanjur membuat berita tersebut menjadi heboh, namun media tidak mengawal berita tersebut di akhir.

 

"Rencana boleh gagal. Tetapi nama Yusuf Mansur tetap moncer. Ia menang di start, kedodoran di finish. Ia pandai memanfaatkan media yang rata-rata hanya memberitakan di start, tidak pernah mengawal beritanya sampai finish." sambung dia.

 

Joesoef mengatakan bahwa Yusuf telanjur lihai membranding dirinya. Namun bagaimanapun, pada akhirnya kebohongan yang dilakukan akan terbuka tabirnya.

 

"Ia memang piawai mem-branding dirinya. Ia memang lihai mencitrakan dirinya sebagai orang yang peduli melalui aksi aksinya. Tapi, satu hal yang ia lupa, kebohongan-kebongan yang ia lakukan, lambat laun akan terbuka tabirnya." tegas dia. 

 

Diketahui, Yusuf Mansur merupakan seorang pengusaha yang juga aktif sebagai pelaku investasi. Dia adalah pendiri PT Veritra Sentosa Internasional yang produknya bernama PayTren.