Keok Di Dapil Neraka, Budiman Sudjatmiko: Mati Yang Sekarang Rasanya Tawar

Keok Di Dapil Neraka, Budiman Sudjatmiko: Mati Yang Sekarang Rasanya Tawar

5e57b234 d90e 410e baaa 11419e4a70ff 169

Foto: CNNIndonesia

 

Sumber.com - Meski hasil pemilihan umum legislatif belum secara resmi diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), namun Andi Arief mantan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat sudah berani memberikan informasi jika Budiman Sudjatmiko tak lolos sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.



Andi Arief mengabarkan informasinya melalui cuitan di akun Twitternya.



"Saya agak terkejut dan prihatin, dua sahabat saya yang bisa memberi warna di DPR dari PDIP kabarnya gagal memenuhi kursi. Buat Budiman Sudjatmiko dan Eva Sundari, teruslah berjuang meski di luar Parlemen." tulisnya di Twitter.

 

Sementara, melalui cuitannya Budiman sendiri seperti mengamini dugaan rekannya di era reformasi tersebut. Budiman bicara soal batas dirinya sebagai manusia dan mengatakan bahwa dirinya sempat meminta Sekjen Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) untuk tidak mengajukan diri sebagai caleg di 2019.

 

Alasannya, Budiman mengaku memiliki semangat ke hal lain, berupa tantangan baru dalam inovasi dan sosial & teknis.

 

"Saya tahu batas diri saya. Krn itu saya dulu minta izin Sekjen utk tdk mencalegkan lagi pd 2019 setelah pernah jd wakil rakyat 2 periode. Passion saya sdh ke yg lain. Mencari tantangan2 baru dlm inovasi sosial & teknis " cuitnya.

 

Budiman kemudian mengingat kembali pengalamannya ketika dia merasa mati dan hidup kembali setelah reformasi 1998. Dia menegaskan bahwa apa yang dia alami kali ini sebagai 'kekalahan' akan membuatnya hidup kembali untuk bertarung demi kemajuan. 

 

"Saya dulu "mati" dlm pertarungan Kebebasan, lantas "hidup" lagi di 1998. "Hidup" berlanjut demi Kesetaraan lewat & lanjut "hidup" u/ periode ke 2. Kini saya "mati", tp siap u/ "hidup" lagi bertarung u/ Kemajuan. 1 hal pasti: hidupku tdk membosankan" sambungnya. 

 

Dia juga mengaskan bahwa dia tidak memiliki emosi yang sama sepertihalnya dulu, saat dirinya berhasil lolos ke parlemen untuk pertama kalinya. Dia juga menegaskan bahwa 'mati' kali ini terasa tawar. Sekalipun menang (lolos ke parlemen), dia menyebut barangkali kemenangan tersebut juga akan terasa hambar.

 

"Emosinya gak seseru waktu "mati" 1996 dulu. "Mati" yg sekarang ini rasanya tawar. Mungkin andai pun menang, menangku pun tawar rasanya (gak spt waktu Soeharto jatuh 1998, lolos DPR pertamakali 2009 & gol pd akhir 2013)" lanjut dia. 

 

Lebih lanjut Budiman mengatakan bahwa saat ini konsentrasinya pecah akibat Pilpres 2019. Dia mengaku lebih condong untuk berjuang di Pilpres 2019 karena kemampuan yang terbatas. Baginya, arah Indonesia ke depannya jauh lebih baik daripada memprioritaskan dapil.

 

"Pecah konsentrasi saya ke pilpres. Itu lbh menentukan arah Indonesia drpd saya jd DPR. Sumber daya saya terbatas, lebih baik utk yg lebih prioritas. Indonesia lbh besar dr dapil" tegasnya. 

 

Diketahui Budiman harus bersaing ketat di Dapil VII Jatim yang disebut-sebut sebagai dapil neraka. Dia harus bersaing dengan rekannya di PDI Perjuangan Johan Budi Suprapto. Meski terhitung pendatang baru, Johan punya karir yang sebetulnya tidak bisa diremehkan. 

 

Johan Budi tercatat pernah menjadi Juru Bicara KPK selama delapan tahun, kemudian Deputi Pencegahan KPK, Pelaksana tugas pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), sampai ditunjuk menjadi Juru Bicara Istana Kepresidenan.



Budiman pun mesti bersaing dengan putra kedua Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas di Dapil VII Jatim. Ibas tentunya menjadi lawan kuat Budiman disana, sebab pada Pemilu 2014, Ibas berhasil lolos ke Senayan dengan 243.747 suara.

 

Selain Ibas, ada pula Ketua Divisi Komunikasi Publik Partai Demokrat Imelda Sari. Anggota Direktorat Komunikasi dan Media Badan Pemenangan Nasional(BPN) ini ditempatkan di urutan tiga, berada dua nomor di bawah Ibas.



Putri dari Ketua Umum Perindo Hari Tanoesoedibjo, Jessica Herliani Tanoesoedibjo pun menjadi salah satu pesaing Budiman Sudjatmiko. Jessica memang belum punya pengalaman politik, tapi menurut pengakuan ayahnya, ia sudah berpengalaman di bidang kegiatan sosial, terutama di MNC Grup yang menjadi modal Jessica meraih simpati warga Jatim.