Bau Mawar di Aksi 22 Mei, Anak Buah Prabowo Ikut Terlibat?

Bau Mawar di Aksi 22 Mei, Anak Buah Prabowo Ikut Terlibat?

tim mawar

Foto: Tubasmedia

 

Sumber.com - Tim Mawar adalah bentukan Kopassus yang dibuat untuk melakukan penculikan aktivis 1998. Pada saat itu, mereka berada dibawah TNI dan diberi tugas menculik aktivis pro-demokrasi. Mereka dikepalai oleh Prabowo Subianto.

 

Hingga kini korban penculikan 1998 belum jelas rimbanya. Beberapa ada yang selamat, namun ada pula yang hilang. Dikabarkan mereka meninggal, namun tidak ditemukan jasadnya. 

 

Pada Aksi 22 Mei lalu, ada dugaan bahwa salah satu eks Tim Mawar ikut terlibat. Yang dimaksud adalah Fauka Noor Farid, yang juga terlibat Aksi 1998. Dugaaan keterlibatan Fauka ini diungkapkan dari laporan Majalah Tempo terbaru edisi 10 Juni 2019. Berdasarkan investigasi Majalah Tempo, Fauka ditengarai berada di kawasan Sarinah, persis di depan Gedung Bawaslu, saat kerusuhan 22 Mei terjadi.



Transkrip percakapan yang diperoleh Tempo juga mengungkap Fauka beberapa kali berkomunikasi dengan Ketua Umum Baladhika Indonesia Jaya Dahlia Zein tentang kerusuhan yang pecah di kawasan Bawaslu.

 

Tempo juga mengatakan bahwa setidaknya ada 2 orang tokoh Badan Pemenangan Nasional (BPN) yang mengamini keterlibatan dia, meski tidak disebutkan nama dua orang tersebut. Menurut sumber ini, telah terjadi beberapa kali pertemuan membahas rencana demo bertempat di kantor BPN di Jalan Kartanegara, Jakarta Selatan, serta hotel di dekat Masjid Cut Meutia, Menteng.

 

Fauka sendiri saat dikonfirmasi membantah keterlibatannya. Dia mengatakan tak pernah ada pertemuan seperti yang ditudingkan, sedangkan pada saat kejadian, dia jauh dari Kawasan Gedung Bawaslu.

 

Fauka sendiri adalah sosok yang loyal terhadap Prabowo. Pada tahun 1998, secara struktur dia adalah prajurit dari Prabowo yang menjabat sebagai Danjen Koppasus. Pada Pilpres 2014, Fauka terlibat sebagai salah satu tim pemenangan Prabowo dan ikut bergabung bersama Partai Gerindra.

 

Pada 2019, Fauka Noor Farid masih setia dengan Prabowo. Jelang Pilpres 2019, ia sudah menjadi anggota Dewan Pembina Gerindra. Bekas perwira intelijen tentara ini kritis kepada pemerintah yang juga punya jaringan intelijen. Ia berharap orang-orang di pemerintahan dan juga badan intel negara mengam,bil sikap netral.

 

"Semua aparatur negara, termasuk intelijen, jangan sampai terseret dan terjebak dalam berpolitik praktis di ajang Pilpres 2019. Hal ini tidak sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) intelijen," kata Fauka Noor Farid seperti dikutip Antara.