Mentalitas, Masalah Utama yang Kini Dihadapi Para Pebulutangkis Muda Indonesia
Rionny Mainaky via tribunnews.com
Sumber.com - Para pebulutangkis Indonesia kembali mendapatkan kritikan terutama setelah para wakil yang dikirim ke kota Nanning, China, untuk berlaga di Sudirman Cup 2019 gagal membawa pulang kembali trofi Sudirman ke tanah air. Langkah skuat Merah Putih sendiri harus terhenti di babak semifinal usai ditaklukkan oleh tim Jepang dengan skor 3-1.
Kalangan pecinta bulutangkis tanah air menyoroti permainan para wakil Indonesia yang dinilai tidak mampu bersaing, tak memiliki daya juang selayaknya seorang atlet, bahkan tak sedikit yang menyoroti soal mentalitas yang masih jauh kalah dibandingkan lawan-lawan yang mereka hadapi. Sorotan juga turut dilayangkan kepada para pebulutangkis usia muda Indonesia yang tampil di Sudirman Cup 2019.
Para pebulutangkis muda di sektor tunggal yang diharapkan bisa jadi penerus dari para seniornya justru gagal unjuk gigi. Mereka malah memperlihatkan permainan yang inkonsisten dan terlihat begitu mudah untuk dikalahkan oleh para lawan-lawan mereka. Tak ayal, kalau para penggemar bulutangkis tanah air memberikan kritik tajam kepada mereka atas penampilannya di Sudirman Cup 2019.
Yang ditunggu akhirnya tiba! Inilah harga tiket #BlibliIndonesiaOpen 2019, 16-21 Juli. Tiket sudah dibeli via https://t.co/dhCfZR9NrT dan https://t.co/yfg7AoARAi pada 10 Juni. Ayo #NgIstora!
— BADMINTON INDONESIA (@INABadminton) May 25, 2019
? : @DjarumBadminton pic.twitter.com/Ca8qjn7IYm
Senada dengan kalangan pecinta bulutangkis tanah air, Rionny Mainaky selaku pelatih sektor ganda putri pelatnas PBSI, juga turut menyoroti mentalitas yang dimiliki para pebulutangkis usia muda Indonesia. Ia pun tak ragu untuk melayangkan kritiknya usai berlaga di Sudirman Cup 2019.
Rionny mengaku tak mengerit dengan pola pikir yang tertanam dalam diri pemain, khususnya para pemain muda. Mantan pelatih Timnas Bulutangkis Jepang itu menilai para pebulutangkis generasi sekarang kurang memiliki keberanian untuk mengemban tanggung jawab dalam membela nama negara di turnamen beregu.
"Kalau pemain-pemain muda sekarang seperti itu. Kalau wakil pertama menang, dia justru merasa tertekan. Tapi kalau wakil pertama kalah, dia justru semangat. Saya juga heran, sama seperti pemain Jepang juga begitu," ujar Rionny Mainaky seperti dikutip Suara.com.
Lebih lanjut, ia turut membandingkan mentalitas para pemain saat ini dengan generasinya. Di generasi ketika Rionny masih aktif bermain, para pebulutangkis Indonesia sama sekali tidak memiliki keraguan untuk saling mengalahkan demi bisa mendapatkan kesempatan membela negara di pentas internasional.
"Dulu kalau teman kita menang, kita senang untuk main, kita hancurkan musuh sekalian! Kalau dulu saya ditunjuk main, mau. Tapi sekarang agak susah, yang penakut-penakut. Jepang pun seperti itu, tak ada yang berani," keluhnya.
Oleh karena itu, Rionny berharap agar para pebulutangkis muda Indonesia ke depannya bisa memiliki mentalitas yang luar biasa. Ia pun menjadikan para pebulutangkis Jepang sebagai contohnya. Rionny yang pernah menangani Timnas Bulutangkis Jepang mengatakan kalau para pebulutangkis Negeri Sakura itu selalu memiliki semangat dan bisa tampil mati-matian jika diberikan kepercayaan untuk tampil.
"Biasa kalau orang Jepang itu seperti robot. Kalau dikasih tanggung jawab, ya dia akan main mati-matian. Kalau pemain Indonesia sifatnya merendah mungkin," tutupnya sambil berkelakar.