Persib B, Cikal Bakal Kesuksesan Pembinaan Masa Lampau di Era Adjat Sudradjat yang Ingin Diulang
Persib saat juara Perserikatan 1986 via blogger
Sumber.com - Nama besar Persib di Jawa Barat sempat membuat klub-klub lain yang berusaha hadir menggebrak dengan berdomisili di wilayah Jawa Barat rata-rata tutup tikar. Mulai dari Bandung Raya, Pelita Jaya Karawang/Purwakarta, Bandung FC (LPI), Persikabo (kini menjadi PS Tira), Indocement Cirebon, Pro Duta dibuat bangkrut atau pindah homebase dari wilayah Jabar karena gagal menggeser animo suporter Persib yang tersebar fanatik di seluruh Jawa Barat.
Maka dari itu ketika musim ini manajemen Persib menggebrak dengan mengakuisisi klub Blitar United dan merubahnya menjadi Persib B banyak yang berpendapat, Persib B bisa menjadi wadah pembinaan baru bagi para pemain muda di Jawa Barat yang lebih menjanjikan dibanding Maung Anom, yang juga dimiliki Manajemen Persib. Maung Anom masih berkutat di Liga 3 yang mengenal batasan umur untuk menampung bakat potensial usia muda dari Diklat Persib.
Jauh sebelum wacana Persib B ini dibuat, pada era 80an sebenarnya Persib sudah melangkah jauh dengan pembentukan Persib A dan Persib B. Di era perserikatan dahulu, Persib A adalah tim senior yang berisi pemain "jadi" yang disiap diturunkan di kompetisi perserikatan. Sedangkah Persib B adalah kawah candradimuka seleksi pemain asli Bandung untuk menuju Persib A yang banyak berisikan talenta-talenta muda. Ketika itu Persib juga sedang berbenah dan ada di Divisi 1 akibat degradasi.
Dikutip dari buku Intinya Pemain Inti karya Cardiyan HIS dan M Kusnaeni, Ketika para pemain muda Persib Yunior seperti Adjat tampil lebih menjanjikan dibanding tim seniornya Ketua Umum Persib kala itu Solihin GP (Mantan Gubernur Jabar dan Sekretaris Operasi dan Pembangunan Presiden Soeharto) melihat tim muda Persib harus bisa menjadi tulang punggung regenerasi tim Persib. Sehingga muncullah Persib B di tahun 1981 atas prakarsa Solihin GP.
Sulitnya menggunakan APBD yang memang diperuntukan untuk Persib A, Solihin GP tak kehilangan akal untuk membiayai operasional tim Persib B. Dia menggandeng Bos Isuda Parama, Sukandar dan juga memboyong pelatih asal Polandia, Marek Janota yang khusus menggembleng bakat-bakat muda maca
Oktober 1981, para pemain muda PERSIB tempaan Marek diturunkan pada Invitasi Antar perserikatan PSSI U-23. Dalam invitasi yang berlangsung di Pati, JawaTengah ini, Marek Janota memboyong 20 pemainnya, dimana ada nama-nama yang menonjol sebagai cikal bakal skuat keemasan Persib di era 80-an seperti Boyke Adam, Sobur (kiper), Robby Darwis, Wolter Sulu, Iwan Sunarya, Ade Mulyono, Adjat Sudradjat, Wawan Karnawan, dan Djadjang Nurdjaman. Sayang, tim asuhan Marek Janota harus kandas di babak penyisihan Grup C, karena kalah selisih gol.
Beberapa nama pemain muda diatas masih ada yang masuk dalam skuat Piala Suratin pada 1982 seperti Robby Darwis dan Wawan Karnawan untuk berkolaborasi dengan pemain muda lain macam Dede Iskandar. Tim asuhan Janota ini sukses menembus babak final setelah menyingkirkan Persisam Samarinda 1-0 di babak semifinal di Stadion Diponegoro Semarang, 9 Juni 1982. Sayang, PERSIB Junior gagal menorehkan sejarah merebut Piala Suratin untuk pertama kalinya,setelah di partai puncak dua hari kemudian, dikalahkan Persijap Jepara 1-3 dalam drama adu penalti.
Berkat pembinaan yang terarah baik, para pemain Persib B yang digolongkan sebagai pemain yunior ini pun perlahan pasti naik kelas dalam 2 tahun ke tim utama Persib A. Dan pada kompetisi perserikatan musim 1983 dan 1985, Persib yang dimotori Adjat Sudradjat di lini serang berhasil dibawa ke final namun kalah dari PSMS melalui adu penalti melalui pertandingan yang ketat dan juga pada tahu 1985 memecahkan rekor penonton terbanyak di Indonesia dengan dihadiri 120 ribu saat final di Senayan.
Pada tahun 1986, akhirnya Persib berhasil menjadi kampiun juara dengan mengalahkan Perseman Manokwari kala dilatih Nandar Iskandar dengan asisten pelatih Max Timisela dan Indra Thohir serta para pemain Persib B yang saat itu telah menjadi tulang punggung dan dalam usia emas. Gol Djadjang Nurjaman menjadi pembeda dan membuat Persib menjadi juara.
Beberapa tahun kemudian pada 1994 sang asisten pelatih pada 1986 Indra Thohir berhasil membawa Persib juara Liga Indonesia pertama kali dengan diasisteni sang pencetak gol di final 1986 Djadjang Nurjaman. Pada 2014-2015, Djadjang Nurjaman yang menjadi pelatih berhasil membawa Persib meraih gelar juara ISL setelah penantian 20 tahun. Siklus yang berulang.
Momentum ini pula yang ingin diulang dari Persib B. Sebagai wadah pembinaan bagi para pemain muda Jawa Barat agar tidak pergi dan kabur ke tim lain seperti halnya dahulu para pemain muda dari Persib Yunior macam Ferdinand Sinaga, Dedi Kusnandar, Erwin Ramdani sebelum diajak kembali ke Persib.
Kini Persib B siap untuk mematangkan para pemain muda bertalenta asal Bandung dan Jawa Barat ditangan Liestiadi, sang asisten Robert Rene Alberts agar Persib selalu bisa menjadi nomor 1 di Indonesia dengan pembinaan berjenjang dari akademi, diklat Persib hingga senior dengan output para pemain lokal berkualitas. Musim lalu Persib U16 dan Persib U19 bahkan menjadi juara dan itu adalah tonggak penting pembinaan di Persib sukses dihadirkan.
Untuk pemilihan nama pun manajemen Persib tergolong pintar dengan menyematkan nama Persib B, sebagai tim satelit karena memang brand Persib yang sudah menjual dan bisa mendatangkan suporter meski akhirnya tim ini juara tidak akan bisa promosi. Persib B sendiri akan berhome base di stadion Arcamanik, Bandung dan menjadi ancaman para saingannya di Liga 2. Mampukah tim ini terwujud menjadi skuat juara dan mewujudkan siklus juara kembali? Semoga!