Geger Islam Garis Keras, Mahfud MD Ditegur Presiden ILC
Foto: Kompasiana
Sumber.com - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD bikin heboh. Videonya beredar akhir pekan lalu di media sosial. Dalam sebuah video berdurasi 1:20 menit, Mahfud mengatakan dua hal pokok. Pertama, bahwa kemenangan Joko Widodo di Pilpres 2019 sulit untuk dibalik.
Kedua, bahwa Prabowo Subianto - Sandiaga Uno menang di beberapa daerah yang memiliki latar belakang islam garis keras.
Adalah koordinator juru bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar Simanjuntak menanggapi,
“ …narasi Pak Mahfud ini yang justru memecahbelah dan penuh kebencian,” cuit Dahnil melalui akun twitternya @Dahnilanzar, Ahad (28/4).
Setelah dapat tanggapan dari Dahnil dan Muhammad Said Didu, mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Mahfud menjelaskan bahwa garis keras itu sama dengan fanatik dan sama dengan kesetian yang tinggi.
“Itu bukan hal yang dilarang. Itu term politik. Sama halnya dengan islam garis moderat …” katanya melalui akun twitternya @mohmachfudmd.
Dalam cuitan yang lain, Mahfud menulis,
“Saya katakan DULU-nya karena 2 alasan: 1) Dulu DI/TIIKartosuwiryo di Jabar. Dulu PRRI di Sumbar, dulu GAM di Aceh, dulu DI/TII Kahar Muzakkar di Sulsel …” cuitnya.
Cuitan tersebut juga mendapatkan reaksi dari Karni Ilyas, presenter Indonesia Lawyer Club yang tayang di salah satu stasiun televisi swasta. Karni menyoroti soal cuitan soal PRRI di Sumbar yang pada dasarnya tidak ada kaitannya dengan islam. Dia menyebut pemberontakan PRRI bukan pemberontakan dengan ideologi agama.
"Sekedar meluruskan Prof Mahfud. PRRI/Permesta bukan pemberontakan dg ideologi agama. Pemimpin perlawanan Kol Simbolon (Medan), Letkol A.Husein (Padang), Letkol Ismail Lengah (Riau), Kol Kawilarang dan Lekol V. Samual (Sul-Ut). Tidak ada hubungannya denga daerah Islam garis keras." tulis karni di Twitter.
Sekedar meluruskan Prof Mahfud. PRRI/Permesta bukan pemberontakan dg ideologi agama. Pemimpin perlawanan Kol Simbolon (Medan), Letkol A.Husein (Padang), Letkol Ismail Lengah (Riau), Kol Kawilarang dan Lekol V. Samual (Sul-Ut). Tidak ada hubungannya denga daerah Islam garis keras. https://t.co/E9NSPtrK04
— Karni ilyas (@karniilyas) April 28, 2019
Diketahui, Pemberontakan PRRI terjadi di Sumatera sedangkan Permesta terjadi di Sulawesi pada tahun 1956 hingga tahun 1958. Pada pemberontakan ini sebagian perwira tentara di Sumatera dan Sulawesi membentuk dewan-dewan revolusi. Mereka merebut kekuasaan dari pemerintah pusat.
Ada empat nama dewan yang pegang peranan penting. Yakni:
- Dewan Banteng
Dibentuk pada tanggal 20 Desember 1956 oleh Kolonel Ismail Lengah di Sumatera Barat. Dipimpin oleh Letnan Kolonel Ahmad Husein.
- Dewan Gajah
Dibentuk pada tanggal 22 Desember 1956 oleh Kolonel Maludin Simbolon yang berbasis di Sumatera Utara.
- Dewan Garuda
Dibentuk pada pertengahan bulan Januari tahun 1957 oleh Letnan Kolonel Barlian di Sumatera Selatan.
- Dewan Manguni
Manguni adalah dewan militer daerah yang dibentuk terakhir. Dibangun pada tanggal 17 Februari 1957 oleh Mayor Somba di Manado.
Pemeberontakan ini dilandasi kekecewaan para politisi dan perwira di daerah atas kebijakan pemerintah pusat yang berada di Jakarta. Pemerintah pusat dianggap terlalu mengistimewakan pulau Jawa dibanding pulau luar Jawa. Kebijakan pemerintah pusat dianggap terlalu sentralistis dan tidak memperhatikan kepentingan daerah.