Mengenang Kembali Kisah Cinta SBY-Ani; 43 Tahun Hidup Bersama Hingga Terpisahkan Usia
Ilustrasi Via Blogger
Sumber.com - Membangun rumah tangga tentu saja bukan pekerjaan yang mudah. Sebuah rumah tangga membutuhkan dasar yang cukup kuat; cinta. Hal ini jugalah yang dirasakan oleh pasangan Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Kristiani Herawati alias Ani Yudhoyono.
Terhitung hari ini, sudah 43 tahun lamanya keduanya hidup bersama. Berbagai kisah telah dilalui berdua, mulai dari awal mula mereka bertemu sapa hingga saat terakhir kebersamaan sebelum akhirnya Ani menghembuskan nafas terakhir setelah berjuang melawan kanker darah.
Seperti apa kisah cinta SBY - Ani dari awal jumpa hingga terpisahkan usia? Berikut rangkumannya.
Sebagai putri Gubernur AKABRI, Ani sering mengikuti acara-acara resmi. Saat itu awal 1973, libur kuliah tiba, Ani mengikuti acara peresmian barak taruna di Magelang, dia kagum dengan sosok laki-laki yang gagah dan bertubuh jangkung.
Esoknya, pemuda tersebut datang ke rumah Ani. Pertemuan tersebut membuat Ani terpana, jarak yang dekat membuat Ani bisa menganalisis wajahnya yang tampan. Saat itulah, mereka berkenalan. Pertemuan tersebut membuat Ani grogi. Dia mengintip pertemuan ayahnya dengan SBY. Diam-diam, Ani mengagumi sosok SBY.
Ani menyebut SBY sosok yang atletis, pandangan matanya teduh, sopan. Keesokan hari, SBY kembali bertandang ke rumah dinas. Kali ini, Ani bisa berbincang cukup lama dengan SBY. Saat Ani kembali ke Jakarta, seluruh hatinya telah tertinggal di Magelang bersama SBY.
Ani pun mengaku telah jatuh cinta pada pandangan pertama. Ani pun menjadi getol mengirimkan surat ke SBY, apalagi Ani mengaku bahwa dirinya memang merasakan getaran cinta. Tiap mendengar suara tukang pos, Ani berlari secepat kilat mengambil surat. Menurutnya, surat-surat SBY selalu membuat Ani melayang.
Menurut Ani, SBY bukan pemuda yang suka menghamburkan kata-kata cinta, tetapi laki-laki yang menyukai ungkapan simbol penuh makna. SBY sering mengungkapkan dalam bentuk puisi. Salah satu puisi yang paling membuat Ani berkesan yakni berjudul Flamboyan. Puisi tersebut berisi perasaan prajurit yang tersentuh bunga Flamboyan yang tumbuh di kampus.
Tahun 1974, ayah Ani Letnan Jenderal (Purn.) Sarwo Edhie Wibowo ditugaskan menjadi duta besar di Korea Selatan. Saat itu, hati Ani bergemuruh karena harus berpisah dengan pujaan hatinya, SBY. Ayah Ani menangkap kegelisahan putrinya, dia menyarankan agar Ani bertunangan dengan SBY sebelum terbang ke Seoul.
Selama 1,5 tahun berpisah dengan SBY, membuat Ani rindu dan ragu. Kerinduan yang hebat membuat Ani menangis, dia takut jarak dan waktu akan membuat perasaan SBY berubah. Keraguan Ani terjawab saat sepucuk surat SBY dikirimkan khusus untuk orang tuanya.
Ani kemudian memergoki sang ayah menangis, dalam suratnya SBY menyebut telah memiliki penghasilan cukup dan siap untuk melamar Ani.
Sesuatu yang mengejutkan terjadi di bulan Juli 1975, ternyata tidak hanya Ani yang menikah, namun orangtua ingin menikahkan ketiga putrinya sekaligus yaitu Wrahasti Cendrawasih (Titiek) dan Mastuti Rahayu (Tuti). Namun, pernikahan tiga anak sekaligus membuat keluarga besar Ani kuatir, sebab hanya Sultan saja yang berani menikahkan tiga anak sekaligus.
Untuk menghindari hal-hal buruk, kerabat Ani menyarankan agar membuat nasi tumpeng penolak bala dengan berbagai persyaratan. Meski cukup merepotkan, namun pernikahan yang terjadi pada 29 sampai 31 Juli tersebut berjalan lancar.
Mereka pun menikah. Mereka pun dikarunia dua orang anak Agus Harimurti Yudhoyono dan Edhie Baskoro Yudhoyono. 43 tahun lamanya mereka tinggal bersama, menjalani hubungan suami-istri dan hidup berbahagia dalam balutan kasih.
Sebelum kemudian pada 1 Juni 2019, Ani meninggal dunia. Keduanya pun terpisahkan usia.
*dirangkum dari berbagai sumber