Menjawab Mitos Deja Vu dan Kaitannya Dengan Masa Lalu
Ilustrasi Via Blogger
Sumber.com - Deja Vu adalah pengalaman yang nyaris pernah dialami oleh setiap insan. Orang yang mengalami Deja Vu mengaku merasakan pengalaman batin ketika merasa mengalami sesuatu yang pernah dialami sebelumnya. Pernah mengalami?
Dilansir dari laman Science.howstuffwork, deja vu adalah istilah Perancis yang secara harfiah berarti 'telah melihat'. Ada beberapa variasinya, termasuk deja vecu, pernah mengalami; deja senti, pernah berpikir tentang suatu hal; dan deja visite, pernah mengunjungi.
Ilmuwan Perancis Emile Boirac merupakan orang pertama yang mempelajari fenomena aneh tersebut, dan menamainya pada 1876. Seringkali muncul referensi untuk deja vu, padahal bukan deja vu. Para peneliti memiliki definisi sendiri. Namun umumnya deja vu digambarkan sebagai perasaan pernah melihat atau mengalami sesuatu saat seseorang tahu belum.
Sebuah penilitian pernah dilakukan oleh seorang pakar psikologi bernama Kenneth A. Peller dari Northwestern University terkait dengan fenomena deja vu ini. Ken menunjukkan beberapa gambar kepada relawan, namun menyuruh relawan tersebut untuk memikirkan sebuah benda lain di dalam benak mereka.
Jadi misalnya Ken menunjukkan gambar buah apel, dia akan meminta relawannya membayangkan buah durian. Saat menunjukkan gambar binatang ayam, relawan akan diminta membayangkan kerbau. Dan seterusnya.
Nah, setelah beberapa saat Ken menunjukkan gambar kerbau kepada semua relawan. Anehnya, beberapa relawan merasa kebingungan dan ragu-ragu, apakah mereka benar-benar telah melihat gambar kerbau sebelumnya atau hanya memikirkannya.
Hal tersebut akhirnya berkembang menjadi deja vu, yaitu ketika kita kesulitan membedakan apakah peristiwa yang kita lihat benar-benar pernah dialami ataukah hanya ada dalam bayangan, alias angan-angan semata.
Deja vu ini bisa menjadi parah dan sangat mengganggu kehidupan kita sehari-hari. Di Inggris pernah ada seorang penderita deja vu kronis. Orang ini sangat yakin dan bisa menceritakan dengan detail peristiwa-peristiwa yang sebenarnya belum pernah dialaminya. Misal, dia merasa tidak perlu makan karena merasa yakin sudah makan sebelumnya.
Pada 1983, Vernon Neppe, direktur Institute Neuropsikiatrik Pacifik di Seattle mengusulkan empat sub-kategori deja vu. Termasuk, epilepsi, paranormal subjektif, skizofrenia dan asosiatif. Deja vu paling umum adalah deja vu asosiatif, yang dialami oleh orang-orang sehat, normal yang mengasosiasikannya dengan alam.
Seseorang melihat, mendengar, mencium, atau mengalami sesuatu yang menggugah perasaan, pernah melihat, mendengar, mencium, atau mengalami sesuatu sebelumnya. Banyak peneliti berpikir, jenis deja vu ini adalah pengalaman berbasis memori. Menganggap pusat memori di otak bertanggungjawab akan hal tersebut.
Deja vu juga terjadi dengan beberapa prediktabilitas gangguan kejiwaan, termasuk kecemasan, depresi, gangguan disosiatif, dan skizofrenia. So, Deja Vu tak melulu harus dikaitkan dengan hal-mal mistis ya...