Kasus Ezra Walian Ganggu Mental Pemain, Bukti Buruknya Diplomasi dan Administrasi di PSSI

Kasus Ezra Walian Ganggu Mental Pemain, Bukti Buruknya Diplomasi dan Administrasi di PSSI

Ezra Walian 1

Ezra Walian bela timnas Sea Games 2018 via kompas

 

Sumber.com - Kejadian tidak bisa bermainnya Ezra Walian di ajang kualifikasi AFC U23 yang berlangsung di Vietnam menjadi fenomena menarik bagi para pecinta bola di Asia. Meski ini dianggap akal-akalan tuan rumah yang mengajukan protes kepada AFC, namun kejadian ini bisa menjadi pelajaran berharga di kemudian hari agar tidak terulang kembali.

 

Indonesia jelas terpukul atas tidak bermainnya Ezra dan terlihat pula dari beban para pemain kala takluk dari musuh bebuyutan yang jadi lawan di final Piala AFF U22, Thailand. Kekalahan di pertemuan terakhir membut misi balas dendam Thailand pun sukses terjadi di kualifikasi Piala Asia U23 ini. Tak tanggung-tanggung kekalahan telak 4-0 harus dirasakan timnas Indonesia.

 

Diterpa kasus Ezra dalam waktu 1x24 jam jelang batas pendaftaran benar-benar memukul skuat timnas Indonesia. Indonesia bermain tanpa arah yang jelas dalam bertahan maupun menyerang. Thailand pun menghukum kesalahan demi kesalahan yang terjadi dan kembali dipermalukan Thailand yang jadi momok menakutkan di Asia Tenggara.

 

Hanya saja, jika Kawan Sumber patut mencari kesalahan dan kambing hitam maka sasaran itu memang perlu ditujukan pada PSSI sang induk sepakbola Indonesia. Federasi sebagai pemangku stakeholder sepakbola Indonesia ini lebih sibuk dengan konflik internal. Intrik-intrik mulai dari pengaturan skor, suap hingga exco-exco yang mencari makan di dalam federasi jelas menjadi duri dalam daging yang tak pernah hilang dalam 2 dasawarsa terakhir.

 

Diplomasi dan administrasi yang buruk di PSSI

Melihat kasus Charyl Chappuis yang pernah membela U17 Swiss dan menjadi juara Eropa dan dinaturalisasi timnas Thailand bermain jelas membuat kita iri. AFC jelas membuat standar ganda. Standar ambigu yang membuat hak pemain untuk bermain seperti menjadi sengketa. Padahal Ezra Wallian jelas sudah melepasakan kewarganegaraan Belanda dan memegang paspor asli Indonesia. Indonesia yang tidak mengenal dwi kewarganegaraan jelas-jelas kuat menjadikan Ezra pemain Indonesia.

 

PSSI seharusnya mampu memperjuangkan hal ini dengan diplomasi di tingkat AFC hingga FIFA. Ketika Federasi Thailand mampu mengurus hal ini dengan beres, Indonesia jelas perlu malu dengan kasus Ezra ini. Lemahnya koordinasi dan diplomasi di tingkat internasional terkadang hanya membuat PSSI "cuma" bisa pasrah dengan putusan-putusan tanpa memperjuangkan banding.

 

Hal yang sama juga terjadi ketika PSSI buruk dalam memilih lawan tanding bagi timnas. Pilihan yang tersedia selalu hanya tim-tim asal Asia Tenggara. Myanmar, Kamboja, Singapura hingga Malaysia adalah langganan lawan tanding yang bosan sekali kita lihat. Justru saat dikawal Ade Wellington dan Hanif Thamrin lah PSSI bisa mendapatkan lawan berkualitas seperti Belanda hingga Islandia, karena keduanya punya diplomasi yang bagus di dunia internasional.

 

Hal yang buruk lainnya adalah administrasi di federasi PSSI. Hal ini bukan hal baru. Mulai dari Persipura telat didaftarkan di Liga Champions Asia, sampai hal tetek bengek pendaftaran pemain pun PSSI lalai menjadi pengayom bagi stakeholdernya. Cukup dengan kata maaf dan janji-janji manis PSSI seolah lupa deretan dosa yang sudah dibuat oleh mereka dan tidak pernah ada pembaharuan hingga perubahan berarti terkait masalah administrasi.

 

Seringkali masalah-masalah sepele mulai pendaftaran klub, pendaftaran pemain justru menjadi batu sandungan yang menganggu aspek mental dan akhirnya berdampak ke masalah teknik. Jika ini berlarut-larut dibiarkan pantaslah jika sepakbola Indonesia jalan di tempat. 

 

Kini, PSSI yang kembali dipegang orang lama tersisa macam Gusti Randa sudah seharusnya mundur tak lagi mengurusi sepakbola. Pecinta sepakbola lebih muak melihat pengurus PSSI dan segala problematikanya dibanding memprotes putusan AFC hingga FIFA yang membuat standar ganda pada seorang Ezra Walian. Semoga bisa berbenah di kemudian hari PSSI!