Senang Melihat Orang Lain Susah, Normalkah atau Tanda Gangguan Mental?

Senang Melihat Orang Lain Susah, Normalkah atau Tanda Gangguan Mental?

Untitled17

Ilustrasi via IDNTimes

 

Sumber.com - Sering tertawa jika melihat temanmu tak sengaja jatuh dan terpeleset saat berjalan di atas lantai yang licin? Jika pernah, apalagi sering, nyatanya hal itu bukan hanya kamu saja yang rasakan.

 

Normalnya, jika ada yang kesusahan, kita turut membantu bukan menertawakan. Namun, tak dapat dimungkiri bahwa justru sering perasaan senang yang diperlihatkan saat ada seseorang yang menderita atau tertimpa musibah. Contoh sederhananya seperti yang dijelaskan sebelumnya, seringkali kita kegirangan jika melihat orang lain tiba-tiba tersandung atau jatuh dari bangku.

 

Mengapa kita bisa merasa senang jika melihat orang lain susah? Normalkah hal tersebut? Dilansir hellosehat, pada Jumat, 7 Juni 2019, perasaan senang melihat orang lain susah, menurut peneliti dari Department of Psychology Mercer University, dikenal dengan nama schadenfreude.

 

Schadenfreude juga dapat diartikan sebagai “sukacita dalam kerugian”. Istilah ini diambil dari bahasa Jerman, yaitu “Schaden” yang berarti kerugian dan “Freude” berarti sukacita.

 

Wilco W. van Dijk, dosen psikologi Universitas Leiden di Belanda, mengatakan bahwa orang yang menertawakan kesialan orang lain mungkin menganggap ada sesuatu dalam kejadian tersebut yang menguntungkan bagi dirinya sendiri. Mungkin juga mereka merasa lebih baik atau lebih beruntung daripada yang tertimpa kemalangan.

 

Kesenangan tersebut juga bisa timbul dari rasa iri, atau cemburu pada kehidupan orang yang sedang menderita. Misalnya, senang melihat teman sendiri tidak lulus ujian masuk tes universitas.

 

"Tanpa pernah disadari Anda mungkin merasa tersaingi dan iri terhadap kemampuan atau keberhasilan lain yang teman Anda pernah capai dulu. Maka ketika ia sekali ini gagal akan terdengar seperti sebuah kabar baik," katanya.

 

Perasaan senang melihat orang susah pun dapat dipengaruhi oleh rasa putus asa dan insecurity karena harga diri atau kepercayaan diri yang rendah. Catherine Chambliss, ketua departemen Psikologi dan Ilmu Saraf di Ursinus College, Pennsylvania, schadenfreude bisa dipengaruhi oleh gejala depresi yang mungkin dimiliki oleh orang tersebut.

 

Meski begitu, Anda tidak perlu khawatir merasa jadi orang yang paling jahat sedunia jika pernah merasakannya. Menurut Mina Cikara, peneliti tentang konsep schadenfreude yang diterbitkan dalam jurnal Annals of the New York Academy of Sciences, senang melihat orang lain menderita itu normal.

 

"Kurangnya rasa empati pada sesama juga bukan berarti Anda mengidap gangguan kejiwaan tertentu. Ini adalah respons yang manusiawi dan banyak dirasakan oleh orang lain juga. Namun dalam kasus yang jarang terjadi, schadenfraude bisa berkembang menjadi sesuatu yang lebih berbahaya," tuturnya.

 

Baca juga: Penting Nih Moms, Menyusui Kurangi Resiko Obesitas Anak hingga 25 Persen

 

Baca juga: Temuan Terbaru, Ada Obat Kanker Kepala dan Leher yang Bantu Pasien Hidup Lebih Lama