Suka Mencuri? Secara Ilmiah Ini Penyebab Seseorang Jadi Kleptomania
Ilustrasi via Tribunnews
Sumber.com - Dorongan kuat untuk mencuri atau kerap disebut penyakit kleptomania dapat dialami siapa saja tanpa mengenal usia. Penyakit mental ini membuat seseorang kesulitan untuk menahan diri untuk tidak mencuri atau mengambil barang milik orang lain.
Bagi seorang kleptomania, mencuri bukanlah karena desakan kebutuhan untuk menghasilkan uang. Namun mereka tidak dapat menahan hasrat untuk mencuri, sebab setelah mencuri mereka merasakan kepuasan dan kesenangan tersendiri.
Mereka pun kerap mencuri secara spontan, hal ini yang membuat para kleptomania tidak mengenal waktu dan tempat saat melancarkan aksinya. Padahal barang yang dicuri biasanya tidak mereka butuhkan, mampu mereka beli bahkan tidak bernilai jika dijual.
Jadi, apa yang menyebabkan seseorang menjadi kleptomania? Sebagaimana dikutip dari Hello Sehat, Senin, 3 Juni 2019 berikut ini ulasannya secara ilmiah.
1. Adanya masalah dengan serotonin
Serotonin adalah zat kimia alami yang diproduksi tubuh dari asam amino trytophan dan dapat ditemukan pada otak, sistem pencernaan, dan dalam trombosit darah. Serotonin memiliki peran penting bagi tubuh, seperti membantu proses penyembuhan luka, menjaga kesehatan tulang, serta mengatur suasana hati dan emosi.
Jika kadar serotonin di dalam tubuh sangat rendah, bisa membuat seseorang rentan mengalami perilaku impulsif. Yaitu, melakukan suatu hal secara tiba-tiba sesuai suasana hati tanpa memikirkan akibatnya. Inilah kenapa peneliti mengaitkan adanya masalah dengan serotonin dengan penyakit mental “suka mencuri”.
2. Memiliki gangguan adiktif
Mungkin pada awalnya tindakan mencuri bisa saja dilakukan karena terpaksa akibat kesulitan ekonomi. Setelah berhasil melakukan pencurian sekali, dua kali, dan seterusnya, mencuri bisa jadi kebiasaan dan membuat ketagihan. Mengapa?
Mencuri dapat melepaskan dopamin, yaitu hormon yang merangsang perasaan senang. Nah, perasaan tegang, senang, dan lega yang dilakukan setelah dan selama mencuri tersebut, kemungkinan menjadi dorongan seseorang untuk melakukannya berulang kali.
3. Ketidakseimbangan sistem opioid otak
Pengunaan obat terlarang, seperti opioid bisa menyebabkan ketidakseimbangan opioid di otak. Akibatnya, seseorang akan jadi kecanduan dan ketergantungan dengan obat ini.
Ketergantungan opioid bisa menyebabkan gangguan adiktif; seseorang jadi tidak mampu menahan dirinya melakukan suatu hal. Misalnya, mengambil barang milik orang lain dan kemungkinan melakukan tindakan tersebut berulang kali.
Baca juga: Wanita Tak Menikah dan Tidak Memiliki Anak Lebih Bahagia, Apa Benar?